Senin, 16 April 2012

Kepemimpinan ( Pendekatan dari segi situasi )

1. MODEL KEPEMIMPINAN KONTINGENSI (CONTINGENCY MODEL) 

Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987). 

Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadershipstyle) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power). 

Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). 

Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok: 
  • Supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat),
  • directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada),
  • participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan)
  • achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).
Menurut Path-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan model model sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional. 

2. TEORI KEPEMIMPINAN VROOM AND YETTON 

Kata pimpin mengandung pengertian mengarahkan, membina atau mengatur, menuntun dan juga menunjukkan ataupun mempengaruhi. Pemimpin mempunyai tanggung jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari yang dipimpin, sehingga menjadi pemimpin itu tidak mudah dan tidak akan setiap orang mempunyai kesamaan di dalam menjalankan ke-pemimpinannya. 

Mitos-mitos Pemimpin Mitos pemimpin adalah pandangan-pandangan atau keyakinan-keyakinan masyarakat yang dilekatkan kepada gambaran seorang pemimpin. Mitos ini disadari atau tidak mempengaruhi pengembangan pemimpin dalam organisasi.

Ada 3 (tiga) mitos yang berkembang di masyarakat, yaitu mitos the Birthright, the For All – Seasons , dan the Intensity. Mitos the Birthright berpandangan bahwa pemimpin itu dilahirkan bukan dihasilkan (dididik). Mitos ini berbahaya bagi perkembangan regenerasi pemimpin karena yang dipandang pantas menjadi pemimpin adalah orang yang memang dari sananya dilahirkan sebagai pemimpin, sehingga yang bukan dilahirkan sebagai pemimpin tidak memiliki kesempatan menjadi pemimpin Mitos the For All – Seasons berpandangan bahwa sekali orang itu menjadi pemimpin selamanya dia akan menjadi pemimpin yang berhasil. Pada kenyataannya keberhasilan seorang pemimpin pada satusituasi dan kondisi tertentu belum tentu sama dengan situasi dan kondisi lainnya. Mitos the Intensity berpandangan bahwa seorang pemimpin harus bisa bersikap tegas dan galak karena pekerja itu pada dasarnya baru akan bekerja jika didorong dengan cara yang keras. Pada kenyataannya kekerasan mempengaruhi peningkatan produktivitas kerja hanya pada awal-awalnya saja, produktivitas seterusnya tidak bisa dijamin. Kekerasan pada kenyataannya justru dapat menumbuhkan keterpaksaan yang akan dapat menurunkan produktivitas kerja. Atribut-atribut Pemimpin Secara umum atribut personal atau karakter yang harus ada atau melekat pada diri seorang pemimpin adalah: 
  1. mumpuni, artinya memiliki kapasitas dan kapabilitas yang lebih baik daripada orang-orang yang dipimpinnya,
  2. juara, artinya memiliki prestasi balk akademik maupun non akademik yang lebih baik dibanding orang-orang yang dipimpinnya,
  3. tangungjawab, artinya memiliki kemampuan dan kemauan bertanggungjawab yang lebih tinggi dibanding orang-orang yang dipimpinnya,
  4. aktif, artinya memiliki kemampuan dan kemauan berpartisipasi sosial dan melakukan sosialisasi secara aktif lebih baik dibanding oramg-orang yang dipimpinnya, dan
  5. walaupun tidak harus, sebaiknya memiliki status sosial ekonomi yang lebih tinggi disbanding orang-orang yang dipimpinnya. 
Meskipun demikian, variasi atribut-atribut personal tersebut bisa berbeda-beda antara situasi organisasi satu dengan organisasi lainnya. Organisasi dengan situasi dan karakter tertentu menuntut pemimpin yang memiliki variasi atribut tertentu pula. 

3. PATH THEORY GOAL 

Dasar teori ini adalah bahwa merupakan tugas pemimpin untuk membantu anggotanya dalam mencapai tujuan mereka dan untuk memberi arah dan dukungan atau keduanya yang di butuhkan untuk menjamin tujuan mereka sesuai dengan tujuan kelompok atau organisasi secara keseluruhan. Istilah path goal ini dating dari keyakinan bahwa pemimpin yang efektif memperjelas jalur untuk membantu anggotanya dari awal sampai ke pencapaian tujuan mereka, dan menciptakan penelusuran di sepanjang jalur yang lebih mudah dengan mengurangi hambatan dan pitfalls. 

Model path goal menganjurkan bahwa kepemimpinan terdiri dari dua fungsi dasar: 
  1. Fungsi pertama : memberi kejelasan alur
  2. Fungsi kedua : meningkatkan jumlah hasil (reward) bawahannya 
Model kepemimpinan path-goal berusaha meramalkan efektivitas kepemimpinan dalam berbagai situasi. Menurut model ini, pemimpin menjadi efektif karena pengaruh motivasi mereka yang positif, kemampuan untuk melaksanakan, dan kepuasan pengikutnya. Teorinya disebut sebagai path-goal karena memfokuskan pada bagaimana pimpinan mempengaruhi persepsi pengikutnya pada tujuan kerja, tujuan pengembangan diri, dan jalan untuk menggapai tujuan. 

Model path-goal menjelaskan bagaimana seorang pimpinan dapat memudahkan bawahan melaksanakan tugas dengan menunjukkan bagaimana prestasi mereka dapat digunakan sebagai alat mencapai hasil yang mereka inginkan. Teori Pengharapan (Expectancy Theory) menjelaskan bagaimana sikap dan perilaku individu dipengaruhi oleh hubungan antara usaha dan prestasi (path-goal) dengan valensi dari hasil (goal attractiveness). Individu akan memperoleh kepuasan dan produktif ketika melihat adanya hubungan kuat antara usaha dan prestasi yang mereka lakukan dengan hasil yang mereka capai dengan nilai tinggi. Model path-goal juga mengatakan bahwa pimpinan yang paling efektif adalah mereka yang membantu bawahan mengikuti cara untuk mencapai hasil yang bernilai tinggi. 

Sebagai contoh teori path goal adalah pemimpin dalam suatu regu untuk mendaki gunung. Pemimpin yang efektif yaitu di mana pemimpin memberikan arahan serta motivasi agar bawahannya atau anggotanya dapat mencapai ke puncak gunung. Pemimpin biasa memberikan reward ke pada anggotanya agar dapat mencapai tujuan bersama.

Sony Pangkas 10 Ribu Pekerjaan di Seluruh Dunia


Tokyo (AFP/ANTARA) - Sony akan memangkas 10.000 pekerjaan di seluruh dunia tahun ini, sebagai upaya untuk melakukan reformasi menyeluruh yang bertujuan menghidupkan kembali ikon raksasa elektronik Jepang yang merugi, ungkap harian bisnis Nikkei, Senin. 

Sekitar separuh PHK direncanakan merupakan bagian dari restrukturisasi unit kimia Sony serta operasi terkait dengan panel layar kristal cair ukuran kecil dan menengah, kata Nikkei dalam edisi online-nya. 

Tujuh pimpinan puncak eksekutif termasuk di antara yang mengundurkan diri, juga akan diberikan bonus tahunan mereka, katanya tanpa mengutip sumber. 

Laporan itu tidak memberikan rincian lebih lanjut dari pengurangan jumlah karyawan Sony yang mencapai sekitar 168.000 karyawan pada Maret tahun lalu. 

Laporan itu muncul setelah Sony mengeluarkan pimpinan eksekutif AS kelahiran Wales, Howard Stringer -- digantikan oleh anak didiknya Kazuo Hirai -- dan mengatakan, pihaknya akan kehilangan 220 miliar yen (2,7 milyar dolar Amerika, Rp 24,77 triliun) pada Maret dalam rangkaian kerugian empat tahun berturut-turut. 

Seorang juru bicara Sony, yang dikenal karena player musik Walkman dan konsol game PlayStation, menolak mengomentari laporan tersebut. 

Pimpinan baru Sony akan mengadakan konferensi pers akhir pekan ini. 

Laporan itu muncul kurang dari sebulan setelah perusahaan yang sedang berjuang itu mengumumkan penjualan divisi kimia mereka kepada Bank Pembangunan Jepang, yang menurut mereka unit tersebut tidak sesuai dengan rencana restrukturisasi. 

Divisi itu, yang memiliki beberapa ribu karyawan, hanya memberikan sedikit sumbangan bagi penjualan Sony, tetapi langkah itu secara luas dianggap sebagai yang pertama dari banyak perubahan yang bertujuan untuk membentuk kembali perusahaan. 

Analis industri mengatakan Sony harus menlakukan reformasi besar untuk menghadapi persaingan sengit di luar negeri dan dalam rangka menghadapi kerugian yang terus-menerus di bisnis televisi yang merupakan bisnis andalan mereka. Walau masih memberikan keuntungan besar untuk bagian elektronik. 

Sony telah menyalahkan persaingan ketat, penurunan harga, permintaan lambat, dampak banjir besar di Thailand tahun lalu, dan yen yang tinggi untuk lemahnya neraca mereka. 

Selama restrukturisasi sebelumnya diumumkan pada Desember 2008 di tengah krisis keuangan global, Sony memotong sekitar 16.000 pekerjaan di seluruh dunia. 

Sony tidak sendiri di antara raksasa elektronik Jepang, dengan pemimpin industri Panasonic mengganti presidennya di tengah perkiraan kerugian yang sangat besar sementara Sharp juga me-reshuffle jajaran eksekutif.

Tanggapan:

Menurut saya model kepemimpinan dari contoh kasus di atas yaitu Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model) karena Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin. Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itudipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi. dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.

Sumber:

http://yanirahmanarsyi.blogspot.com/2011/03/kepemimpinan-pendekatan-dari-segi.html

http://id.berita.yahoo.com/sony-pangkas-10-ribu-pekerjaan-di-seluruh-dunia-114924235.html

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selasa, 10 April 2012

KEPEMIMPINAN

Kepemimpinan Soekarno



A. Kepemimpinan Soekarno 

Karir Kepemimpinan Soekarno Soekarno memulai karirnya sebagai pemimpin organisasi pada usia 26 tahun, tepatnya 14 Juli 1927. Pada saat itu beliau memimpin sebuah partai politik yaitu Partai Nasional Indonesia (PNI) yang mempunyai arah perjuangan kemerdekaan bagi Indonesia. Hal ini mengakibatkan para pimpinan PNI termasuk Soekarno ditangkap dan diadili oleh pemerintahan kolonial Belanda. Tetapi pada saat di dalam proses pengadilan Soekarno malah menyampaikan pandangan politiknya mengenai gugatannya terhadap pemerintahan yang terkenal dengan Indonesia menggugat. 

Sikap Soekarno sebagai pemimpin bangsa pada saat itu sangat menekankan pentingnya persatuan dalam nasionalisme, kemandirian sebagai sebuah bangsa dan anti pejajahan. Hal ini tercermin di dalam pidato-pidato beliau dalam menggelorakan semangat revolusi secara besaran-besaran untuk lepas dari belenggu imperialisme. Akhirnya Soekarno berhasil menggelorakan semangat revolusi dan mengajak berdiri di atas kaki sendiri bagi bangsanya, walaupun belum sempat berhasil membawa rakyatnya dalam kehidupan yang sejahtera. Konsep “berdiri di atas kaki sendiri” memang belum sampai ke tujuan tetapi setidaknya berhasil memberikan kebanggaan pada eksistensi bangsa. Daripada berdiri di atas utang luar negeri yang terbukti menghadirkan ketergantungan dan ketidakberdayaan (neokolonialisme). 

Sikap tersebut mengakibatkan Belanda membubarkan organisasi PNI sehingga Soekarnodan teman seperjuangannya bergabung dengan Partindo pada bulan Juni tahun 1930. Setelah melalui perjuangan yang panjang bahkan beliau pernah dipenjara kembali oleh Belanda namun tidak menyurutkan langkah perjuangannya. Pada akhirnya, pada tanggal 17 Agustus 1945 Soekarno bersama Muhammad Hatta berhasil memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia menandai berdirinya negara yang berdaulat. Sebelumnya, ia juga berhasil merumuskan Pancasila yang kemudian menjadi dasar (ideologi) Negara Kesatuan Republik Indonesia. Ia berupaya mempersatukan nusantara. Bahkan ia berusaha menghimpun bangsa-bangsa di Asia, Afrika, dan Amerika Latin dengan Konferensi Asia Afrika di Bandung pada 1955 yang kemudian berkembang menjadi Gerakan Non Blok. 


Setelah pemerintahan berjalan di tangan bangsa Indonesia, Soekarnomemimpin pemerintahan dan mengalami berbagai fase dalam pemerintahannya. Fase pertama pemerintahan Presiden Soekarno (1945-1959) diwarnai semangat revolusioner, serta dipenuhi kemelut politik dan keamanan. Belum genap setahun menganut sistem presidensial sebagaimana yang diamanatkan UUD 1945, pemerintahan Soekarno tergelincir ke sistem semi parlementer. Pemerintahan parlementer pertama dan kedua dipimpin oleh Perdana Menteri Sutan Sjahrir. Pemerintahan Sjahrir dilanjutkan oleh PM Muhammad Hatta yang merangkap Wakil Presiden. 


Kepemimpinan Soekarno terus menerus berada di bawah tekanan militer Belanda yang ingin mengembalikan penjajahannya, pemberontakan-pemberontakan bersenjata, dan persaingan di antara partai-partai politik. Sementara pemerintahan parlementer jatuh-bangun. Perekonomian terbengkalai lantaran berlarut-larutnya kemelut politik. Ironisnya, meskipun menerima sistem parlementer, Soekarnomembiarkan pemerintahan berjalan tanpa parlemen yang dihasilkan oleh pemilihan umum. Semua anggota DPR (DPRGR) dan MPR (MPRS) diangkat oleh presiden dari partai-partai politik yang dibentuk berdasarkan Maklumat Wakil Presiden, tahun 1945. Demi kebutuhan membentuk Badan Konstituante untuk menyusun konstitusi baru menggantikan UUD 1945, Soekarno menyetujui penyelenggaraan Pemilu tahun 1955, pemilu pertama dan satu-satunya Pemilu selama pemerintahan pada saat itu. Pemilu tersebut menghasilkan empat besar partai pemenang yakni PNI, Masjumi, NU dan PKI. Usai Pemilu, Badan Konstituante yang disusun berdasarkan hasil Pemilu, mulai bersidang untuk menyusun UUD baru. Namun sidang-sidang secara marathon selama lima tahun gagal mencapai kesepakatan untuk menetapkan sebuah UUD yang baru. 

Menyadari bahwa negara berada di ambang perpecahan, Soekarno dengan dukungan Angkatan Darat, mengumumkan dekrit 5 Juli 1959. Isinya; membubarkan Badan Konstituante dan kembali ke UUD 1945. Sejak 1959 sampai 1966, Bung Karno memerintah dengan dekrit, menafikan Pemilu dan mengangkat dirinya sebagai presiden seumur hidup. Pemerintahan parlementer yang berpegang pada UUD Sementara, juga jatuh dan bangun oleh mosi tidak percaya. Akibatnya, kondisi ekonomi kacau. 

Pada fase kedua kepemimpinannya, 1959-1967, Soekarnomenerapkan demokrasi terpimpin. Semua anggota DPRGR dan MPRS diangkat untuk mendukung program pemerintahannya yang lebih fokus pada bidang politik. Bung Karno berusaha keras menggiring partai-partai politik ke dalam ideologisasi NASAKOM—Nasional, Agama dan Komunis. Tiga pilar utama partai politik yang mewakili NASAKOM adalah PNI, NU dan PKI. Bung Karno menggelorakan Manifesto Politik USDEK. Dia menggalang dukungan dari semua kekuatan NASAKOM. Namun di tengah tingginya persaingan politik Nasakom itu, pada tahun 1963, bangsa ini berhasil membebaskan Irian Barat dari cengkraman Belanda. 

Tahun 1964-1965, Soekarno kembali menggelorakan semangat revolusioner bangsanya ke dalam peperangan (konfrontasi) melawan Federasi Malaysia yang didukung Inggris. Sementara, dalam kondisi itu, tersiar kabar tentang sakitnya Soekarno. Situasi semakin runyam tatkala PKI melancarkan Gerakan 30 September 1965. Tragedi pembunuhan tujuh jenderal Angkatan Darat tersebut menimbulkan situasi chaos di seluruh negeri dan menyebabkan kondisi politik dan keamanan hampir tak terkendali. 

Menyadari kondisi tersebut, Presiden Soekarno mengeluarkan Surat Perintah 11 Maret 1966 kepada Jenderal Soeharto. Ia mengangkat Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Keamanan dan Ketertiban (Kopkamtib) yang bertugas mengembalikan keamanan dan ketertiban. Langkah penertiban pertama yang dilakukan Soeharto, sejalan dengan tuntutan rakyat ketika itu, membubarkan PKI.Soekarno, setelah tragedi berdarah tersebut, dimintai pertanggungjawaban di dalam sidang istimewa MPRS tahun 1967. Pidato pertanggungjawabannya ditolak. Kemudian Soeharto diangkat selaku Pejabat Presiden dan dikukuhkan oleh MPRS menjadi Presiden RI yang Kedua, Maret 1968. 

B. Gaya Kepemimpinan Soekarno 

Melihat bagaimana seorang Soekarno memimpin di dalam sebuah organisasi maupun pemerintahan, menunjukkan perannya yang sentral sebagai seorang pemimpin sejati, sebagai seorang inspirator, idealis dan sebagai simbol perjuangan rakyat dalam menegakkan negara yang berdaulat yang dapat dijadikan sebagai panutan. Akan tetapi, ia akhirnya dijadikan kambing hitam atas peristiwa yang mengakibatkan kekacauan politik di masa akhir kepemimpinannya. 

Dan gaya yang diterapkannya jelas menunjukkan bahwa Soekarnomerupakan tipe pemimpin yang demokratis dengan mengedepankan semangat persatuan di atas kepentingan golongan, kelompok, ras, suku, agama tertentu akan tetapi juga ada yang menilainya sebagai pemimpin yang bertipe otoriter karena terkesan memaksakan kebijakan pemerintahannya kepada lembaga legislatif pada saat itu. 

Sebagai seorang pemimpin sejati soekarno mampu membawa arah perjuangan tetap konsisten meskipun banyaknya rintangan yang dihadapinya. Dapat dijadikan contoh ketika beliau berkali-kali dipenjara oleh pemerintahan kolonial, beliau tetap tegar bahkan semakin lantang dalam menentang penjajahan sampai memperoleh kemerdekaannya. 

Dalam hal sebagai inspirator atau seorang idealis Soekarno dapat menunjukkan prestasinya melalui rumusan Pancasila yang menjadi dasar negara hingga sekarang disamping pemikiran-pemikiran yang lain seperti Marhaenisme, kemandirian untuk hidup di atas kaki sendiri, nasionalisme persatuan di atas perbedaan yang ada di dalam negara dan satu idealisme yang kontroversial mengenai konsep NASAKOM (Nasionalis, Agama dan Komunis) demi tercapainya persatuan bangsa mencapai eksistensinya di dalam mempertahankan kemerdekaan. Sebagai pemimpin yang idealis, Soekarno tidak mudah terpengaruh dengan keadaan bangsa ketika dihadapkan pada situasi yang sedang gawat. Beliau tetap berada untuk berada di atas prinsipnya sendiri dan menghindari campur tangan asing. Idealis seperti ini tercermin dengan seringnya pergantian sistem pemerintahan demi mengatasi masalah di dalam keadaan yang berbeda-beda. Bahkan idealismenya terlihat agak otoriter karena harus memaksakan keputusannya dalam mengatasi krisis dengan dekrit presiden, dan mengangkat dirinya menjadi presiden seumur hidup misalnya. 

Pada masa perjuangan menegakkan kedaulatan bangsa, Soekarno layak disebut sebagai simbol perjuangan karena pada saat itu beliau mampu tampil sebagai diplomat dan orator yang mampu mengobarkan semangat perjuangan rakyat. Keberanian beliau terlihat ketika menyuarakan secara berapi-api tentang revolusi nasional, anti neokolonialisme dan imperialisme. Dan juga kepercayaannya terhadap kekuatan massa, kekuatan rakyat. Beliau adalah seorang pemimpin yang rendah hati disamping sebagai seorang pemberani. Sifat ini dapat dilihat dari dalam karyanya ‘Menggali Api Pancasila’. Beliau berkata “Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, aku berjuang karena rakyat dan aku penyambung lidah rakyat,” Maka pantas apabila beliau dijadikan simbol perjuangan rakyat karena ketulusannya demi dan untuk rakyatnya. 

Pada akhirnya, Soekarno tetaplah manusia biasa yang tidak terlepas dari kesalahaan yang harus beliau bayar dengan melepaskan jabatannya sebagi Presiden Republik Indonesia yang pertama. Pada akhir jabatannya beliau dianggap bersalah dengan terjadinya tragedi G 30 S PKI yang mengakibatkan beliau harus menjadi kambing hitam (as scapegoat) atas terjadinya peristiwa itu dan harus turun tahta dari pemimpin bangsa setelah beliau berhasil mengawalinya. 

Reverensi : 

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kamis, 29 Maret 2012

Manajemen Konflik

NAMA   : LINIE ASMARA
NPM      : 14210043
KELAS  : 2EA17


MANAJEMEN KONFLIK


Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang management skills dan personal development.

Dari pandangan baru dapat kita lihat bahwa pimpinan atau manajer tidak hanya wajib menekan dan memecahkan konflik yang terjadi, tetapi juga wajib untuk mengelola/memanaj konflik sehingga aspek-aspek yang membahayakan dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin, dan aspek-aspek yang menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin.


Penyebab Konflik


Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

A. Faktor Manusia
  • Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya. 
  • Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
  • Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
B. Faktor Organisasi
  • Persaingan dalam menggunakan sumberdaya. 
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
  • Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi. 
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
  • Interdependensi tugas. 
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
Perbedaan nilai dan persepsi. 
  • Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. 
Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
  • Kekaburan yurisdiksional. 
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih. 
  • Masalah “status”. 
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi. 
  • Hambatan komunikasi. 
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang management skills dan personal development, silakan.

Akibat-akibat Konflik

Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.

A. Akibat negatif
  1. Menghambat komunikasi. 
  2. Mengganggu kohesi (keeratan hubungan). 
  3. Mengganggu kerjasama atau “team work”. 
  4. Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi. 
  5. Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan. 
  6. Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.
B. Akibat Positif dari konflik:
  1. Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis. 
  2. Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. 
  3. Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi. 
  4. Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif. 
  5. Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

Perang Militer, Perang Batin, Perang Kepentingan = Konflik ?


“Konflik adalah bagian terpadu dari kehidupan manusia, ia akan selalu ada di dalam diri maupun di sekeliling manusia”. Konflik yang dimaksud adalah dalam arti luas, baik yang berskala kecil atau besar namun bersifat dilematis/kompleks yang di dalamnya mengandung suatu pertentangan/perebutan. Contoh konflik berskala kecil misalnya tentang seorang manusia yang mempunyai tanggungan ekonomi namun tidak juga menemukan cara positif untuk memenuhinya apakah harus menempuh cara negatif ? Contoh konflik berskala nasional misalnya tentang persaingan partai politik dalam Pemilu 2004 ini, konflik tentang pembahasan suatu RUU, dan lain-lain. Contoh konflik berskala internasional misalnya tentang Israel dan Palestina, Irak dan Amerika Serikat, dan lain-lain.

Sebagai bagian terpadu dari kehidupan manusia yang antara satu manusia dengan manusia lainnya mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda maka konflik akan datang silih berganti terus menerus dalam kehidupan, “Dunia ini utuh terdiri dari banyak aspek yang saling berhubungan yang terus bergeser”, sehingga masalah apapun yang dihadapi oleh manusia baik secara individu maupun kelompok dapat disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri (terlepas dari takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa seperti musibah/bencana alam, dan lain-lain yang datang secara tiba-tiba). “Aspek yang saling berhubungan yang terus bergeser” mengandung arti bahwa suatu masalah dapat timbul dari suatu kesalahan tindakan yang diambil/kebijakan yang diputuskan dari beberapa pilihan/alternatif tindakan, yang didasarkan pada informasi/pengetahuan (baik informasi/pengetahuan yang tepat maupun yang tidak tepat) akhirnya kesalahan tersebut menjadi masalah, selanjutnya pengaruh dari masalah tersebut dapat berakibat seperti efek domino atau terus membesar dan lama bahkan sanggup menimbulkan malapetaka.


Konflik, Bagian Terpadu Dari Kehidupan Manusia.


Efek domino dapat terjadi karena manusia sering mengabaikan bibit-bibit atau gejala konflik, yang mumnya dianggap sepele misalnya, orang tua yang sangat sayang kepada anak gadisnya mengajarkan untuk berteman dengan siapa saja tanpa pilih bulu namun ketika anak gadisnya memilih seorang pacar yang tidak tepat di mata kedua orang tuanya dan melarangnya berpacaran maka si gadis dapat beranggapan bahwa orang tuanya ternyata pilih bulu. Bila si gadis benar-benar menganggapnya demikian maka dalam penilaian selanjutnya si gadis menilai bahwa orang tuanya tidak konsisten, akibat selanjutnya dapat saja si gadis meniru tindakan yang dianggapnya “tidak konsisten” tersebut, karena tindakan tidak konsisten dapat bermacam-macam bentuknya maka selanjutnya dan seterusnya cepat atau lambat si gadis dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan keluarga dan lingkungannya. Sebaliknya jika si gadis memiliki tingkat pendidikan yang cukup dan mental yang baik maka secara bijaksana ia akan menyadari bahwa ternyata selama ini telah salah menangkap ajaran orang tuanya. Hal ini tidak akan terjadi jika sejak awal orang tuanya juga menegaskan dan mengajarkan bahwa “berteman tanpa pilih bulu” berbeda dengan “mempunyai pacar yang kelak akan menjadi suami dan menantu tanpa pilih bulu (pertimbangan-pertimbangan untuk kebaikan keluarga si gadis itu sendiri)”.

Kesimpulan awal, konflik kadang-kadang dapat dihindari namun kadang-kadang sudah seharusnya dihadapi dan yang pasti konflik tidak dapat dihilangkan secara permanen karena ia adalah bagian terpadu dari kehidupan manusia.


Mengatasi Konflik / Memenangkan Perang.


Bagaimanakah kita mengatasi konflik/memutuskan efek domino, dengan cara yang lebih bijaksana serta lebih efektif? agar respon kita terhadap konflik dimulai dari pengenalan akan diri sendiri maupun sesama kita. Bila dihubungkan dengan pengambilan keputusan maka tiga macam dampak/ manfaat, dari pengenalan diri sendiri dan pengenalan terhadap sesama, akan didapatkan tiga macam pengambilan keputusan yang terkait dengan penanggulangan konflik:
  1. Pengambilan keputusan yang pasti (tepat dan benar), karena adanya data dan informasi yang pasti (tepat dan benar). 
  2. Pengambilan keputusan yang pasti, walaupun terdapat sebagian data dan informasi yang kurang/tidak Pasti. 
  3. Pengambilan keputusan yang tidak pasti, karena data dan informasi yang tidak pasti.

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Selasa, 20 Maret 2012

ORGANISASI,PERILAKU INDIVIDU,dan INTERPERSONAL

NAMA : LINIE ASMARA
NPM : 14210043
KELAS : 2EA17

BAB I 

TEORI ORGANISASI 

Manusia adalah mahluk social yang cinderung untuk hidup bermasyarakat serta mengatur dan mengorganisasi kegiatannya dalam mencapai sautu tujuan tetapi karena keterbatasan kemampuan menyebabkan mereka tidak mampu mewujudkan tujuan tanpa adanya kerjasama. Hal tersebut yang mendasari manusia untuk hidup dalam berorganisasi. 

Beberapa definisi tentang Organisasi: 

Menurut ERNEST DALE:
Organisasi adalah suatu proses perencanaan yang meliputi penyusunan, pengembangan, dan pemeliharaan suatu struktur atau pola hubunngan kerja dari orang-orang dalam suatu kerja kelompok. 

Menurut CYRIL SOFFER
Organisasi adalah perserikatan orang-orang yang masing-masing diberi peran tertentu dalam suatu system kerja dan pembagian dalam mana pekerjaan itu diperinci menjadi tugas-tugas, dibagikan kemudian digabung lagi dalam beberapa bentuk hasil. 

Menurut KAST & ROSENZWEIG
Organisasi adalah sub system teknik, sub system structural, sub system pshikososial dan sub system manajerial dari lingkungan yang lebih luas dimana ada kumpulan orang-orang berorenteasi pada tujuan. 

Definisi UMUM
“Kelompok orang yang secara bersama-sama ingin mencapai tujuan” 

CIRI-CIRI ORGANISASI 
  1. Lembaga social yang terdiri atas kumpulan orang dengan berbagai pola interaksi yang ditetapkan.
  2. Dikembangkan untuk mencapai tujuan
  3. Secara sadar dikoordinasi dan dengan sengaja disusun
  4. Instrumen social yang mempunyai batasan yang secara relatif dapat diidentifikasi. 
BAB II 

PERILAKU INDIVIDU 

Perilaku Individu adalah suatu fungsi antara individu dengan lingkungannya.
  • Dasar perilaku individu 
  1. Karakteristik geografis: genre,umur,dll
  2. Kemampuan: intelektual (kecerdasan) dan fisik 
  3. Kepribadian: sifat yang sifatnya konstan (asli) 
  4. Pembelajaran
  • Terbentuknya Kelompok
  1. Bersinergi: gabungan yang membawa dampak 
  2. Efek fasilitas sosial: ketika seseorang hadir dalam suatu organisasi membawa dampak positif atau negatif 
Stress yaitu suatu kondisi yang mempengaruhi tentang organisasi terbentuk dari individu-individu. 

BAB III 

PENGERTIAN INTERPERSONAL 

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005,p.158-159). 

Menurut Devito (1989), komunikasi interpersonal adalah penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera (Effendy,2003, p. 30). 

Komunikasi interpersonal adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka, yang memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi interpersonal ini adalah komunikasi yang hanya dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat, guru-murid dan sebagainya (Mulyana, 2000, p. 73) 

Menurut Effendi, pada hakekatnya komunikasi interpersonaladalah komunikasi antar komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui tanggapan komunikan ketika itu juga. Padasaat komunikasi dilancarkan, komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif, berhasil atau tidaknya. Jika ia dapat memberikan kesempatan pada komunikan untuk bertanya seluas-luasnya (Sunarto, 2003, p. 13). 

FUNGSI INTERPERSONAL 

Fungsi Komunikasi interpersonal sebagai berikut: 
  1. Untuk mendapatkan respon/ umpan balik.
  2. Untuk melakukan antisipasi setelah mengevaluasi respon/ umpan balik.
  3. Untuk melakukan kontrol terhadap lingkungan sosial, yaitu kitadapat melakukan modifikasi perilaku orang lain dengan cara persuasi. 
Seringkali komunikan tidak saling memahami maksud pesan atau informasi dari lawan bicaranya. Hal ini disebabkan beberapa masalah antara: 
  • Komunikator 
  1. Hambatan biologis, misalnya komunikator gagap.
  2. Hambatan psikologis, misalnya komunikator yang gugup.
  3. Hambatan gender, misalnya perempuan tidak bersedia terbuka terhadap lawan bicaranya yang laki-laki. 
  • Media 
  1. Hambatan teknis, misalnya masalah pada teknologi komunikasi (microphone, telepon, power point, dan lain sebagainya).
  2. Hambatan geografis, misalnya blank spot pada daerah tertentu sehingga signal HP tidak dapat ditangkap. 
  3. Hambatan simbol/ bahasa, yaitu perbedaan bahasa yang digunakan pada komunitas tertentu. Misalnya kata-kata “wis mari” versi orang Jawa Tengah diartikan sebagai sudah sembuh dari sakit sedangkan versi orang Jawa Timur diartikan sudah selesai mengerjakan sesuatu. 
  4. Hambatan budaya, yaitu perbedaan budaya yang mempengaruhi proses komunikasi. 
  • Komunikate 
  1. Hambatan biologis, misalnya komunikate yang tuli.
  2. Hambatan psikologis, misalnya komunikate yang tidakberkonsentrasi dengan pembicaraan. 
  3. Hambatan gender, misalnya seorang perempuan akan tersipu malu jika membicarakan masalah seksual dengan seorang lelaki. 
CIRI-CIRI INTERPERSONAL 
  1. Pihak-pihak yang berkomunikasi mengirim dan menerima pesan secara spontan baik secara verbal maupun non verbal.
  2. Keberhasilan komunikasi menjadi tanggung jawab para perserta komunikasi.
  3. Kedekatan hubungan pihak-pihak komunikasi akan tercermin pada jenis-jenis pesan atau respon nonverbal mereka, seperti sentuhan, tatapan mata yang ekspresif, dan jarak fisik yang dekat. 
Tujuan Komunikasi Interpersonal 

Komunikasi interpersonal mungkin mempunyai beberapa tujuan, antara lain ( Muhammad, 2004, p. 165-168 ) : 
  1. Menemukan diri sendiri
  2. Menemukan dunia luar
  3. Membentuk dan menjaga hubungan yang penuh arti 
  4. Berubah sikap dan tingkah laku
  5. Untuk bermain dan kesenangan 
Efektivitas Komunikasi Interpersonal 

Efektivitas Komunikasi Interpersonal dimulai dengan lima kualitas umum yang dipertimbangkan yaitu keterbukaan (openness), empati (empathy), sikap mendukung (supportiveness), sikap positif (positiveness), dan kesetaraan (equality).( Devito, 1997, p.259-264 ). 
  • Keterbukaan (Openness) 
  • Empati (empathy) 
Henry Backrack (1976) mendefinisikan empati sebagai ”kemampuan seseorang untuk ‘mengetahui’ apa yang sedang dialami orang lain pada suatu saat tertentu, dari sudut pandang orang lain itu, melalui kacamata orang lain itu.” Bersimpati, di pihak lain adalah merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan berempati adalah merasakan sesuatu seperti orang yang mengalaminya. 
  • Sikap mendukung (supportiveness) 
  • Sikap positif (positiveness)
  • Kesetaraan (Equality) 
Organisasi yang pernah saya ikuti : 

Saya pernah mengikuti berbagai macam organisasi, di lingkungan sekolah maupun di lingkungan rumah. Dulu sewaktu SD saya mengikuti organisasi PRAMUKA, lalu waktu SMP saya mengikuti organisasi PASKIBRA, dan sewaktu di SMA saya mengikuti organisasi KIR (Karya Ilmiah Remaja), sedangkan di lingkungan rumah saya mengikuti organisasi KARANG TARUNA. 

Sewaktu SD dulu saya ikut organisasi PRAMUKA karena memang setiap murid diwajibkan untuk mengikuti organisasi itu yang telah menjadi ekstrakulikuler di SD tersebut. Meskipun dulu saya belum begitu mengerti makna dari PRAMUKA itu sendiri apa tapi dari berbagai kegiatan yang saya ikuti saya menjadi tau bahwa PRAMUKA itu mengajarkan kita untuk hidup mandiri. 

Lalu setelah saya masuk SMP saya memilih untuk mengikuti organisasi PASKIBRA, saya mengikuti organisasi tersebut selama 3 tahun. Di organisasi tersebut kita diajarkan untuk mandiri dan manjalin rasa kebersamaan yg sangat erat. 

Setelah itu sewaktu saya memasuki SMA, saya memilih untuk mengikuti organisasi KIR (Karya Ilmiah Remaja) karena saya melihat kegiatannya sangat asik. Kita bisa menciptakan hal-hal baru. 

Dan di lingkungan rumah saya mengikuti organisasi KARANG TARUNA sampai sekarang, selain mengurusi urusan remaja di lingkungan RT, disini jugalah kita para remaja tingkat RT bisa menuangkan bakat, ide, inspirasi untuk membangun kerja sama yang baik dalam menjalankan program di lingkungan RT dan sekitarnya. 

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS