Kamis, 29 Maret 2012

Manajemen Konflik

NAMA   : LINIE ASMARA
NPM      : 14210043
KELAS  : 2EA17


MANAJEMEN KONFLIK


Dalam interaksi dan interelasi sosial antar individu atau antar kelompok, konflik sebenarnya merupakan hal alamiah. Dahulu konflik dianggap sebagai gejala atau fenomena yang tidak wajar dan berakibat negatif, tetapi sekarang konflik dianggap sebagai gejala yang wajar yang dapat berakibat negatif maupun positif tergantung bagaimana cara mengelolanya. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang management skills dan personal development.

Dari pandangan baru dapat kita lihat bahwa pimpinan atau manajer tidak hanya wajib menekan dan memecahkan konflik yang terjadi, tetapi juga wajib untuk mengelola/memanaj konflik sehingga aspek-aspek yang membahayakan dapat dihindari dan ditekan seminimal mungkin, dan aspek-aspek yang menguntungkan dikembangkan semaksimal mungkin.


Penyebab Konflik


Konflik di dalam organisasi dapat disebabkan oleh faktor-faktor sebagai berikut:

A. Faktor Manusia
  • Ditimbulkan oleh atasan, terutama karena gaya kepemimpinannya. 
  • Personil yang mempertahankan peraturan-peraturan secara kaku.
  • Timbul karena ciri-ciri kepriba-dian individual, antara lain sikap egoistis, temperamental, sikap fanatik, dan sikap otoriter.
B. Faktor Organisasi
  • Persaingan dalam menggunakan sumberdaya. 
Apabila sumberdaya baik berupa uang, material, atau sarana lainnya terbatas atau dibatasi, maka dapat timbul persaingan dalam penggunaannya. Ini merupakan potensi terjadinya konflik antar unit/departemen dalam suatu organisasi.
  • Perbedaan tujuan antar unit-unit organisasi. 
Tiap-tiap unit dalam organisasi mempunyai spesialisasi dalam fungsi, tugas, dan bidangnya. Perbedaan ini sering mengarah pada konflik minat antar unit tersebut. Misalnya, unit penjualan menginginkan harga yang relatif rendah dengan tujuan untuk lebih menarik konsumen, sementara unit produksi menginginkan harga yang tinggi dengan tujuan untuk memajukan perusahaan.
  • Interdependensi tugas. 
Konflik terjadi karena adanya saling ketergantungan antara satu kelompok dengan kelompok lainnya. Kelompok yang satu tidak dapat bekerja karena menunggu hasil kerja dari kelompok lainnya.
Perbedaan nilai dan persepsi. 
  • Suatu kelompok tertentu mempunyai persepsi yang negatif, karena merasa mendapat perlakuan yang tidak “adil”. 
Para manajer yang relatif muda memiliki presepsi bahwa mereka mendapat tugas-tugas yang cukup berat, rutin dan rumit, sedangkan para manajer senior mendapat tugas yang ringan dan sederhana.
  • Kekaburan yurisdiksional. 
Konflik terjadi karena batas-batas aturan tidak jelas, yaitu adanya tanggung jawab yang tumpang tindih. 
  • Masalah “status”. 
Konflik dapat terjadi karena suatu unit/departemen mencoba memperbaiki dan meningkatkan status, sedangkan unit/departemen yang lain menganggap sebagai sesuatu yang mengancam posisinya dalam status hirarki organisasi. 
  • Hambatan komunikasi. 
Hambatan komunikasi, baik dalam perencanaan, pengawasan, koordinasi bahkan kepemimpinan dapat menimbulkan konflik antar unit/ departemen. (Jika Anda ingin mendapatkan slide presentasi yang bagus tentang management skills dan personal development, silakan.

Akibat-akibat Konflik

Konflik dapat berakibat negatif maupun positif tergantung pada cara mengelola konflik tersebut.

A. Akibat negatif
  1. Menghambat komunikasi. 
  2. Mengganggu kohesi (keeratan hubungan). 
  3. Mengganggu kerjasama atau “team work”. 
  4. Mengganggu proses produksi, bahkan dapat menurunkan produksi. 
  5. Menumbuhkan ketidakpuasan terhadap pekerjaan. 
  6. Individu atau personil menga-lami tekanan (stress), mengganggu konsentrasi, menimbulkan kecemasan, mangkir, menarik diri, frustrasi, dan apatisme.
B. Akibat Positif dari konflik:
  1. Membuat organisasi tetap hidup dan harmonis. 
  2. Berusaha menyesuaikan diri dengan lingkungan. 
  3. Melakukan adaptasi, sehingga dapat terjadi perubahan dan per-baikan dalam sistem dan prosedur, mekanisme, program, bahkan tujuan organisasi. 
  4. Memunculkan keputusan-keputusan yang bersifat inovatif. 
  5. Memunculkan persepsi yang lebih kritis terhadap perbedaan pendapat.

Perang Militer, Perang Batin, Perang Kepentingan = Konflik ?


“Konflik adalah bagian terpadu dari kehidupan manusia, ia akan selalu ada di dalam diri maupun di sekeliling manusia”. Konflik yang dimaksud adalah dalam arti luas, baik yang berskala kecil atau besar namun bersifat dilematis/kompleks yang di dalamnya mengandung suatu pertentangan/perebutan. Contoh konflik berskala kecil misalnya tentang seorang manusia yang mempunyai tanggungan ekonomi namun tidak juga menemukan cara positif untuk memenuhinya apakah harus menempuh cara negatif ? Contoh konflik berskala nasional misalnya tentang persaingan partai politik dalam Pemilu 2004 ini, konflik tentang pembahasan suatu RUU, dan lain-lain. Contoh konflik berskala internasional misalnya tentang Israel dan Palestina, Irak dan Amerika Serikat, dan lain-lain.

Sebagai bagian terpadu dari kehidupan manusia yang antara satu manusia dengan manusia lainnya mempunyai kelebihan dan kekurangan yang berbeda maka konflik akan datang silih berganti terus menerus dalam kehidupan, “Dunia ini utuh terdiri dari banyak aspek yang saling berhubungan yang terus bergeser”, sehingga masalah apapun yang dihadapi oleh manusia baik secara individu maupun kelompok dapat disebabkan oleh kesalahan manusia itu sendiri (terlepas dari takdir yang telah digariskan oleh Yang Maha Kuasa seperti musibah/bencana alam, dan lain-lain yang datang secara tiba-tiba). “Aspek yang saling berhubungan yang terus bergeser” mengandung arti bahwa suatu masalah dapat timbul dari suatu kesalahan tindakan yang diambil/kebijakan yang diputuskan dari beberapa pilihan/alternatif tindakan, yang didasarkan pada informasi/pengetahuan (baik informasi/pengetahuan yang tepat maupun yang tidak tepat) akhirnya kesalahan tersebut menjadi masalah, selanjutnya pengaruh dari masalah tersebut dapat berakibat seperti efek domino atau terus membesar dan lama bahkan sanggup menimbulkan malapetaka.


Konflik, Bagian Terpadu Dari Kehidupan Manusia.


Efek domino dapat terjadi karena manusia sering mengabaikan bibit-bibit atau gejala konflik, yang mumnya dianggap sepele misalnya, orang tua yang sangat sayang kepada anak gadisnya mengajarkan untuk berteman dengan siapa saja tanpa pilih bulu namun ketika anak gadisnya memilih seorang pacar yang tidak tepat di mata kedua orang tuanya dan melarangnya berpacaran maka si gadis dapat beranggapan bahwa orang tuanya ternyata pilih bulu. Bila si gadis benar-benar menganggapnya demikian maka dalam penilaian selanjutnya si gadis menilai bahwa orang tuanya tidak konsisten, akibat selanjutnya dapat saja si gadis meniru tindakan yang dianggapnya “tidak konsisten” tersebut, karena tindakan tidak konsisten dapat bermacam-macam bentuknya maka selanjutnya dan seterusnya cepat atau lambat si gadis dapat merugikan dirinya sendiri maupun merugikan keluarga dan lingkungannya. Sebaliknya jika si gadis memiliki tingkat pendidikan yang cukup dan mental yang baik maka secara bijaksana ia akan menyadari bahwa ternyata selama ini telah salah menangkap ajaran orang tuanya. Hal ini tidak akan terjadi jika sejak awal orang tuanya juga menegaskan dan mengajarkan bahwa “berteman tanpa pilih bulu” berbeda dengan “mempunyai pacar yang kelak akan menjadi suami dan menantu tanpa pilih bulu (pertimbangan-pertimbangan untuk kebaikan keluarga si gadis itu sendiri)”.

Kesimpulan awal, konflik kadang-kadang dapat dihindari namun kadang-kadang sudah seharusnya dihadapi dan yang pasti konflik tidak dapat dihilangkan secara permanen karena ia adalah bagian terpadu dari kehidupan manusia.


Mengatasi Konflik / Memenangkan Perang.


Bagaimanakah kita mengatasi konflik/memutuskan efek domino, dengan cara yang lebih bijaksana serta lebih efektif? agar respon kita terhadap konflik dimulai dari pengenalan akan diri sendiri maupun sesama kita. Bila dihubungkan dengan pengambilan keputusan maka tiga macam dampak/ manfaat, dari pengenalan diri sendiri dan pengenalan terhadap sesama, akan didapatkan tiga macam pengambilan keputusan yang terkait dengan penanggulangan konflik:
  1. Pengambilan keputusan yang pasti (tepat dan benar), karena adanya data dan informasi yang pasti (tepat dan benar). 
  2. Pengambilan keputusan yang pasti, walaupun terdapat sebagian data dan informasi yang kurang/tidak Pasti. 
  3. Pengambilan keputusan yang tidak pasti, karena data dan informasi yang tidak pasti.

Read Comments
  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

0 komentar:

Posting Komentar